Cinta
dan Perkawinan
Cinta
Dari hubungan
interpersonal dengan berbagai faktor yang dikemukakan diatas, jika terjadi
hubungan yang berkelanjutan maka akan terjadi/terjalin hubungan interpersonal
lanjutan yakni cinta. Cinta Menurut Izard (Strongman, 1998) dapat mendatangkan
segala jenis emosi, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan sebagai
proses lanjutan dari hubungan interpersonal yang terjalin antara dua orang
manusia berlawanan jenis.
Stenberg mengemukakan
bahwa cinta memiliki tiga dimensi, yaitu hasrat, keintiman, dan komitmen.
1. Hasrat, dalam dimensi
hasrat menekankan pada intensnya perasaan serta perassan yang muncul dari daya
tarik fisik dan daya tarik seksual. Pada jenis cinta ini, seseorang mengalami
ketertarikan fisik secara nyata, selalu memikirkan orang yang dicintainya
sepanjang waktu, merasa sangat bahagia dan lain-lain.
2. Keintiman, dimensi ini
tertuju pada kedekatan perasaan antara dua orang dan kekuatan yang mengikat
mereka untuk bersama.
3. Komitmen/keputusan,
dimensi komitmen dimana seseorang berkeputusan untuk tetap bersama dengan
seorang pasangan dalam hidupnya.
Pernikahan
Dalam proses hubungan
interpersonal yang lanjut dengan adanya cinta untuk mencapai pernikahan bisanya
dimensi cinta dihasilkan dari cinta yang berdimensi komitmen/keputusan.
Pasangan memiliki hasrat untuk membagi dirinya dalam hubungan yang berlanjut
dan hangat. Pernikahan adalah sebuah komitmen yang serius antarpasangan dan
biasanya dengan mengadakan pesta pernikahan, berarti secara sosial diakui bahwa
saat itu pasangan telah resmi menjadi suami istri. Duvall dan miller (1985)
menjelaskan bahwa pernikahan adalah hubungan pria dan wanita yang diakui secara
sosial, yang ditujukan untuk melegalkan hubungan seksual, melegitimasi
membesarkan anak, dan membangun pembagian peran di antara sesama pasangan.
A. Memilih Pasangan
Pendekatan evolusioner dalam hal cinta merupakan teori yang diturunkan dari
teori biologi evolusioner yang mendukung pandangan bahwa laki-laki dan
perempuan tertatrik satu sama lain dengan karakteristik yang berbeda: laki-laki
tertarik pada penampilan fisik perempuan; perempuan tertarik pada sumber daya
yang dimiliki laki-laki. Hal ini untuk memaksimalkan kesuksesan reproduksi.
Beberapa penelitian hasilnya mendukung pendekatan evolusioner tersebut.
Misalnya hasil penelitian Bush dkk (Bus 1989; Buss dkk, 1990) dengan subjek
dari 37 negara yang menanyakan berbagai kriteria pemilihan pasangan (untuk
menikah) dan seberapa penting kriteria tsb, pada umumnya perempuan menilai
kriteria ambisius, rajin, penghasilan yang baik lebih tinggi (penting) daripada
subjek laki-laki, dan subjek laki-laki menilai lebih penting daya tarik fisik.
Bagaimanapun perlu dicatat bahwa berbagai penelitian menyatakan bahwa
karakteristik paling tinggi pada laki-laki maupun perempuan adalah kejujuran,
dapat dipercaya, dan kepribadian yang baik.
B. Hubungan Dalam
Perkawinan
1. Romantic Love
Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora
cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan
pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi
romantis dan penuh cinta.
2. Dissapointment or Distress
Di tahap ini pasangan suami istri kerap saling
menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau
lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami
hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin
hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal
lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn
tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan
lagi terhadap hubungan dengan pasangannya.Banyak pasangan di tahap ini memilih
berpisah dengan pasangannya.
3. Knowledge and Awareness
Pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan
lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk
menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi.
Pasangan yang sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat
kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti
seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.
4. Transformation
Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku
yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan
yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah
pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan
yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan,
empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan
tentram.
5. Real Love
“Anda
berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan,
dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn. Psikoterapis ini menjelaskan pula
bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk
saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin
menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real
love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki
keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan
sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.
C. Penyesuaian dan
Pertumbuhan Dalam Perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus
dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan
tidak diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu
tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang
terjadi dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi
dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu
kesatuan serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak. Relasi yang
diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi
karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada
hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini,
tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis. Pada dasarnya,
diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan
diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang
berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian. Banyak yang bilang
pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan
cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan
akan terakumulasi dan berpotensi merusak hubungan.
D. Perceraian dan
Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah indah, namun dalam perjalanannya, pernikahan
justru banyak menemui masalah. Banyak dari orang-orang yang menikah pada
akhirnya harus bercerai. Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat
kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa
meminta pemerintah untuk dipisahkan.
Faktor penyebab
perceraian antara lain adalah sebagai berikut :
-
Ketidakharmonisan dalam rumah tangga
-
Krisis moral dan akhlak
-
Perzinahan
-
Pernikahan tanpa cinta
-
Adanya masalah-masalah dalam perkawinan.
Sebagai
manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau daya ketertarikan yang tinggi
terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan nikmati
untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda
mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena kegantengan, kelembutan
dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah menjadi sesuatu yang
biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya
tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai
menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang terus-menerus kita
lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan.
Esensi
dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang.
Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan
bersama.
Jika
ingin sukses dalam pernikahan baru, perlu menyadari tentang beberapa hal
tertentu, jangan biarkan kegagalan masa lalu mengecilkan hati. Menikah Kembali
setelah perceraian bisa menjadi pengalaman menarik. tinggalkan masa lalu dan
berharap untuk masa depan yang lebih baik.
E. Alternatif selain
Menikah
Ada juga beberapa orang yang memutuskan untuk tidak
memiliki pasangan. Mungkin mereka beranggapan bahwa ketika kehidupan itu kita
jalani dengan pasangan akan terasa sulit karena menemukan berbagai persoalan
yang nantinya kemungkinan bisa saja kita hadapi. Akan tetapi hakikatnya menikah
itu adalah ibadah. Hidup akan lebih indah melalui segala bentuk kehidupan
bersama pasangan. Seseorang yang memutuskan untuk sendiri (single life) bisa
saja disebabkan karena traumatik tersendiri yang pernah mereka rasakan sehingga
membuatnya untuk tidak berani lagi memulai hidup secara
bersama. Pengalaman memang berperan penting dalam kelangsungan hidup
seseorang. Ia bisa mengubahnya menjadi lebih kuat namun tidak sedikit yang
lemah karenanya. Membuat seseorang takut memulai, namun juga menimbulkan arti
yang mendalam. “Pernikahan yang sukses adalah seperti tenunan dalam beludru
kehidupan praktis. Seperti nada harmoni yang dipetik hubungan realistis. Dan
pernikahan yang sukses adalah hasil gabungan cinta, penghormatan, kesetiaan,
dan sikap saling mendukung”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar