Nama : Maya Meiliana
Kelas : 2PA06
NPM : 16514504
Kesehatan Mental
Pengantar
Kesehatan Mental
A. Orientasi Kesehatan
Mental
Menurut WHO, kesehatan
mental adalah suatu kondisi ‘sejahtera’ dimana individu dapat merealisasikan
kecakapannya, dapat melakukan coping terhadap tekanan hidup yang normal,
bekerja dengan produktif dan memiliki konstribusi dalam kehidupan di
komunitasnya.
Menurut Jahoda (Ihrom,
2008), kesehatan mental mencakup :
a) Sikap kepribadian
yang baik terhadap diri sendiri, kemampuan mengenali diri dengan baik.
b) Pertumbuhan dan
perkembangan serta perwujudan diri yang baik.
c) Keseimbangan mental,
kesatuan pandangan dan ketahanan terhadap segala tekanan.
d) Otonomi diri yang
mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau kelakuan-kelakuan bebas.
e) Persepsi mengenai
realitas, terbebas dari penyimpangan kebutuhan serta memiliki empati dan
kepekaan sosial.
f) Kemampuan menguasai
dan berintegrasi dengan lingkungan.
Assagioli, (Ihrom,
2008) mendefinisikan, kesehatan mental adalah terwujudnya integritas
kepribadian, keselarasan dengan jati diri, pertumbuhan ke arah realisasi diri,
dan ke arah hubungan yang sehat dengan orang lain.
(Zakiyah Darojah, 1975)
kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa,
serta kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi dan
merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Secara garis besar,
kesehatan mental merupakan kondisi yang bersifat kontinum, dimana setiap
kondisi kesehatan mental individu memiliki berbagai nilai yang berbeda-beda
serta sulit untuk dikenali kecuali menunjukkan ‘gejala’ yang menonjol.
B. Konsep Sehat
Konsep
sehat didefinisikan sebagai suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang
berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang
dimiliki. Konsep sehat dan kesehatan memiliki definisi yang hampir serupa.
Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis
antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha
memengaruhinya. Saat seseorang berada dalam keadaaan yang sehat, seseorang
biasanya akan merasa semangat dan mampu menyelesaikan suatu pekerjaan dengan
baik. Hal tersebut disebabkan fungsi tubuh bekerja dengan baik dan mampu
membuat seseorang menjadi fokus dan bersemangat dalam melakukan pekerjaan.
Selain itu seseorang dapat dikatakan sehat jika orang tersebut secara fisik,
emosi, intelektual, spiritual, dan sosial berada dalam keadaan yang normal dan
prima.
C. Sejarah Perkembangan
Kesehatan Mental
1. Masa Animisme
Orang Yunani percaya
bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya.
Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji)
dengan mantra dari korban yang mereka persembahkan. Praktik-praktik semacam tersebut
berlangsung mulai dari abad 7-5 SM. Setelah kemunculan naturalisme, maka
praktik semacam itupun kian berkurang, walaupun kepercayaan tentang penyakit
mental tersebut berasal dari roh-roh jahat tetap bertahan sampai abad
pertengahan.
2. Kemunculan Naturalisme
Perubahan sikap
terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Aliran ini
berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik merupakan akibat dari alam.
Hipocrastes menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab
sakit. Ide naturalistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib
dalam lapangan pekerjaan pemeriksaan atau pembedahan hewan.
Dalam perkembangan
selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi di kalangan
orang-orang Kristen. Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826)
menggunakan filasafat politik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem
penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di
Paris. Di rumah sakit ini, para pasiennya (yang maniak) dirantai, diikat di
tembok dan di tempat tidur. Para pasien yang telah dirantai selama 20 tahun
atau lebih karena dipandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar
rumah sakit. Akhirnya, di antara mereka banyak yang berhasil. Mereka tidak lagi
menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya sendiri.
Perkembangan Kesehatan
Mental Era Modern
Perubahan yang sangat
berarti dalam sikap dan pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme
(irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi
pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat,
yaitu pada tahun 1783. Perkembangan psikologi abnormal dan pskiatri ini
memberikan pengaruh kepada lahirnya ”mental hygiene” yang berkembang menjadi
suatu ”Body of Knowledge”beserta gerakan-gerakan yang terorganisir.
Perkembangan kesehatan
mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, terutama
dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dixdan Clifford Whittingham
Beers. Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul.
Selama dekade 1900-1909, beberapa organisasi kesehatan mental telah didirikan,
seperti American Social Hygiene Associatin(ASHA), dan American Federatio for
Sex Hygiene.
Perkembangan
gerakan-gerakan di bidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford
Whittingham Beers (1876-1943). Bahkan, karena jasa-jasanya itulah, dia
dinobatkan sebagai ”The Founder Of The Mental Hygiene Movement”. Dia terkenal
karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan
mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Pada tahun 1950,
organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya ”National
Association For Mental Health”yang bekerjasama dengan tiga organisasi swadaya
masyarakat lainnya, yaitu ”National Committee For Mental Hygiene”, ”National
Mental Health Foundation”, dan”Psychiatric Foundation”.
Gerakan kesehatan
mental ini terus berkembang sehingga pada tahun 1075 di Amerika Serikat
terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental. Di belahan
dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui ”The World Federation For
Mental Health” dan“The World Health Organization”.
D. Pendekatan Kesehatan
Mental
A. Orientasi Klasik
Seseorang dianggap
sehat secara mental bila tidak memiliki kondisi yang membuat diri orang
tersebut merasa tidak nyaman, seperti ketegangan, rasa lelah, perasaan rendah
diri, perasaan tidak berguna yang akan mengganggu efisiensi diri sehari-hari.
Aktivitas klasik ini banyak dianut di lingkungan kedokteran. Pengertian
kesehatan mental kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Dalam
ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika
kita berurusan dengan orang-orangyang mengalami gangguan jiwa dengan gejala kehilangan
kontak dengan realitas.
B. Orientasi
Penyesuaian Diri
Landasan orientasi ini
menyatakan bahwa manusia pada umumnya adalah makhluk yang sehat secara mental.
Penetuan sehat atau sakit mental dilihat sebagai derajat kesehatan mental.
Menurut orientasi ini, kesehatan mental adalah kondisi kepribadian individu
secara utuh.
C. Orientasi
Pengembangan Potensi
Individu yang sehat
mental adalah individu yang dapat dan mampu mengembangkan dan memamanfaatkan
potensi yang ada pada dirinya untuk kegiatan yang positif – kosntruktif,
sehingga dapat meningkatkan kualitas dirinya, yang digunakan dalam kehidupan
sehari – hari. Sehingga bagi orang-orang yang memiliki kesehatan mental, mereka
dapat menjadi manusia yang produktif dan tidak bingung dalam menentukan jati
dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar